Jumat, 22 Mei 2015

Jangan sesali apa yg ada belum tentu yg ada itu tidak menyesali andah

hai guys malem-malem gini bt yah. apa lagi ini tanggal tua duit udah nipis dan gajian belum turun –_-. Dari pada bt ane mau sharing cerita nih tentang apa itu arti penyesalan. langsut aja yah cekidot…

index
”Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.
Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus..

Semoga kita bisa mengambil Hikmah yang ada yah guys.
WALLAHU’A’LAM
Baca Selengkapnya?. - Jangan sesali apa yg ada belum tentu yg ada itu tidak menyesali andah

Kamis, 21 Mei 2015

syair-syair santri

Kebangun pagi hari begini –_- dari pada BT nungguin adzan shubuh sambil bengong mending ane ngebloog. ane mau berbagi syair santri tapi ane lebih ngangepnya puisi santri khususnya santri yang Galau kaya yang nulis ini Open-mouthed smile. Waktu jadi santri sering banget galau di saat galau tiba-tiba di otak banyak kata-kata yang indah yang keluar lalu pergi begitu saja .  berikut syair/ puisi yang ane masih inget Open-mouthed smile. Kalo pembaca kurang paham maksud kandungannya coba cari aja artinya di kamus santi Open-mouthed smileudah ah dari pada ngomong panjang lebar ga kelar-kelar mending langsung aja cekidot….
images

Saat itu, aku bagaikan isim mufrod, tunggal- hanya sendiri saja. Seperti halnya kalimat huruf, sendiri tak bermakna. Laskana Fi'I'll laazim, mencintai namun tak ada yang di cinta, tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jdi mubtada, memulai sesuatu. Menjadi seorang fa'I'll yang berawal dari fi'I'll. :)
Saat pertama kali ku jumpa denganmu. Aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar. Aku di matamu mungkin bagikan Nun mati di antara idgham bilagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada, aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti idzhar, jelas dan terang . Jika mim mati bertemu Ba itu di sebut ikhfa syafawi, maka aku bertemu dirimu itu di sebut cinta. Sejenak pandangan kita bertemu , lalu tiba" semua itu seperti idgam mutammatsilain, melebur jadi satu :)
Cintaku padamu seperti Mad Wajib muttashil dan Mad jaiz munfashil, paling panjang diantara yang lainnya. Setelah di kau terima cintaku hatiku rasanya seperti Qolqolah kubro, terpantul dengan keras. Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti iqlab di tandai dengan 2 hati yang menyatu.
Sayangku padamu seperti mad thobi'I dalam Al-quran sangat banyak. Semoga dalam menjalin hubungan kita seperti idgham bilaghunnah hanya berdua :) . Lam dan Ra yaitu aku dan kamu :)
Layaknya waqaf mu'annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya, dua atau aku. Meskipun perhatiaku padamu ga terlihat seperti alif lam syamsiyah. Namun cintaku padamu seperti alif lam qomariyah terbaca jelas :)
Akupun berharap cintaku kita seperti waqaf lazim, terhenti sempurna di akhir hayat. Sama halnya dengan mad'arid di mana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti. Seperti itulah pandanganku ketika melihatmu
Semoga dikau yang terakhir untukku seperti mad aridh lisukun :)

Semoga pembaca yang membaca mengerti dan selalu senantiasa mendapat karunia dan ridho Allah SWT.

WALLAHU’A’LAM…..
Baca Selengkapnya?. - syair-syair santri

SMADAV pro 2015

Ada yang pake antivirus SMADAV? apakah Smadav ente masih versi Free? ane punya cara buat jadiin Smadav ente jdi Pro di kutib dari tetangga sebelah si :D langsung aja nih tutotialnya gays Cekidot.... 
Apa yang baru dari Smadav Pro Rev. 10.1 Terbaru 2015 ??
Smadav 2015 Rev.10.1 : Perubahan tampilan dan bahasa Smadav Terbaru 2015, Penambahan database 212 virus baru, Penyempurnaan metode pengebalan USB flashdisk dsb.



Screen Shot :

Smadav Pro Rev 10.1 Full 2015 Keygen

Berikut perbandingan fitur smadav free dan smadav pro :

Smadav Free

Untuk menjawab pertanyaan "Apa Itu SmadAV Free?" cukup mudah dan singkat untuk menjawabnya, Smadav Free adalah versi dari Anti Virus ini yang Licensenya/Serial Key Gratis (Freeware) dan tidak di pungut biaya untuk menggunakan, memakai dan menikmati software ini. tapi tentu ada fitur yang kurang di versi SmadAV Free.

Fitur SmadAV Free

Untuk fiturnya sendiri sebenarnya dari Free tidak kalah dengan Pro, untuk fiturnya sendiri adalah :
  1. Proteksi tambahan untuk komputer Anda, 100% kompatibel dengan antivirus lainnya
  2. Best USB Antivirus (Proteksi Total USB Flashdisk)
  3. Best for offline use (tidak perlu update terlalu sering)
  4. Cleaner dan tools untuk membersihkan virus

SmadAV Pro

Smadav Pro adalah Sebuah Versi dari SmadAV yang berbayar, jadi untuk mendapatkanya kita perlu mentransfer uang untuk mendapatkan License/Serial Keynya. dan di sini juga terdapat beberapa fitur tambahan dari SmadAV.

Kelebihan dan Keunggulan SmadAV Pro

Banyak kelebihan SmadAV Pro yang tidak dimiliki Versi Free, dan tentu Fitur ini adalah fitur yang lebih dapat memperbudah kita dalam melakukan hal dengan SmadAV, berikut Fitur Tambahanya :
  1. Update Otomatis Online
  2. Scanning Lebih Cepat
  3. Exception List
  4. Maximize/Resize Tampilan
  5. Mengganti Warna Tema dan Tampilan 
  6. Bisa Memberikan Password Admin

Download Via 4shared :

Download Smadav Pro Rev 10.1 Full Serial Key Number 2015 - Server 1
File Size : 1.7 MB 

Password RAR : http://jembersantri.blogspot.com

StatusTested [Windows 10 Technical Preview]

Cara Installasi :

  1. Install Smadav Seperti biasa
  2. Jika sudah, pilih bahasa yang ingin digunakan
  3. Aktifkan Perlindungan Smadav
  4. Jika sudah menginstall masukan serial number pada Tab " Manage " -> " General Setting "
  5. Serial Numbernya bisa sobat lihat pada file yang sudah sobat Download Tersebut. :)
  6. Smadav Kamu sudah menjadi Pro
  7. Selamat Menggunakan Smadav Pro Terbaru 2015...

Cara Aktivasi Smadav Pro 10.1 Anti BlackList :

1. Jalankan SmadAV - Klik Manage- General Setting
2. Isikan Nama dan Serialnya sesuai data dibawah ini :

Serial Number Smadav 2015 Pro Rev 10.0 :

Type : Personal
Name : http://jembersantri.blogspot.com
Key : 085700762203

Type : Warnet
Name : http://jembersantri.blogspot.com
Key : 779877762203

Type : Perusahaan
Name : http://jembersantri.blogspot.com
Key : 999899762203


TIPS :

Untuk SMADAV 9.x Disarankan menggunakan tipe lisensi PERSONAL


CARA MENGHILANGKAN BLACKLIST SMADAV 10.1

---------------------------------------
1. Exit SMADAV RTP (Klik Kanan Tray Icon - EXIT)
2. Disconnect Internet
3. Klik Start => Run atau tekan logo Windows + R
4. lalu ketik "Regedit" untuk menjalankan registry editor.
5. Lalu buka 
             "HKEY_CURRENT_USER > Software > Microsoft > Notepad" pada registry editor.

6. Kemudian cari "lfPitchAndFamily", "lfPitchAndFamily2", dan "lfPitchAndFamily3", bila sudah ditemukan hapus semua lfPitchAndFamily.
7. Selanjutnya buka C:\Program Files\Smadav dan klik 2 kali pada file "SMARTP.exe" untuk menjalankan Smadav.
8. Buka Pada Tab Setting, Isikan datanya sesuai keygen


System Requirements :

  • Windows XP/Windows Vista/Windows 7/Windows 8/Windows 8.1 32-bit and 64-bit (x86 and x64) For Windows PC
Demikian dulu ulasan saya tentang Download Smadav Pro Rev 10.1 Full Serial Number Keygen Terbaru 2015 ini, semoga bisa bermanfaat buat sobat, jika ada masalah silahkan saja sobat berkomentar pada kotak komentar yang sudah kami sediakan.. makasih.. ^_^

Penting..!!! Sebelum Melakukan Proses Download, Sebaiknya Anti Virus apapun di Komputer sobat harap di nonaktifkan Terlebih dahulu ya. Agar Patch Full Versionnya Dapat di Unduh juga. Makasih ^_^


Smadav Pro Rev 10.1 Full Serial Number Key Terbaru 2015

Alternative Link 100% Working : [ Click Here ... ]
Baca Selengkapnya?. - SMADAV pro 2015

Alasan :') do not be sad reading this

Malem-malem BT. Dari pada melakukan hal yang tak menyenangkan mending ngepost di malam yang berbahagia ini gue pengen share tentang kisah seorang cewe yang selalu di salahin sama cowonya Gue si kasih judul cerita ini “ALASAN” :D
Dari pada panjang lebar gue ngomong ga jelas arahnya kemana mending langsung aja cekidot :D

Lo tuh niat pacaran ga sih sama gue? 5 hari ga ada kabar! Lo pikir gue apaan sih? Pergi se-enaknya. Emang lo kemana sih?" bentak laki-laki itu. Gadis di depannya hanya menunduk.
"JAWAB!!! Lo selingkuh yah? Selalu ngebatalin janji!!"
"Maafin aku. Aku sibuk sama tugas kuliah. Aku kan ada sks tambahan untuk pengganti saat semester 1."
"Gue kasih lo kesempatan lagi. Kalo sampai lo kaya gini lagi, jangan salahin gue kalo gue sama yang lain!"
"Jangan, Ren. Rendi jangan selingkuh." pinta gadis itu.
Laki-laki bernama Rendi itu pergi meninggalkan Mia. Mia menunduk sambil menahan tangis. Tidak mungkin dia akan menangis di kantin kampus penuh dengan mahasiswa lain. Rendi memang tipe cowok galak dan selalu minta di perhatiin tanpa memperhatikan balik. Dia tidak ingin di cuekin tapi dia sendiri cuek. Mia dan Rendi sudah pacaran selama setahun. Mereka bertemu saat di rumah sakit. Saat itu Rendi sedang di rawat karena sakit tipes dan mereka bertemu di taman rumah sakit. Mia sedang murung di taman itu karena ada saudaranya yang meninggal. Entah kebetulan atau jodoh, ternyata mereka satu kampus dengan beda jurusan. Mia jurusan sastra indonesia sedangkan Rendi broadcasting.
Mia sangat sayang dengan Rendi karena Rendi adalah cinta pertama dan pacar pertamanya. Di awal hubungan mereka Rendi sangat menyayangi Mia. Ia sangat baik dan selalu menemani Mia. Tapi setelah berbulan-bulan, sikap Rendi mulai berubah. Ia semakin cuek dan semakin kasar. Ia tak pernah ada saat Mia membutuhkannya padahal Mia selalu membantu mengerjakan tugas Rendi hingga tugasnya sendiri keteter tapi Rendi ga pernah membantu tugas Mia dengan alasan tidak mengerti. Mia sebenarnya ingin melepaskan ikatannya dengan Rendi tapi Ia terlalu sayang dan masih tetap bertahan dengan Rendi entah sampai kapan. Mungkin sampai seseorang yang Mia butuhkan ada di hidupnya.
"Kamu sibuk ga besok? Engga kan? Kalo kamu batalin ketemuan kita kaya sebulan yang lalu, aku marah sih." tanya Rendi lembut di sebrang telpon.
"Nggg....Iya ga sibuk ko. Aku balik ngampus siang. Kenapa emang?"
"Bantuin aku ngerjain tugas yah. Aku balik sore, tungguin aku di kantin yah terus nanti kita pulang bareng. Aku ngerjain di rumah kamu."
"Aku langsung ke rumah aja yah. Aku pulang sendiri aja."
"Engga boleh. Aku cepet ko ngampusnya. Ga sampe sore banget, pokonya kamu pulang bareng aku."
"Oh yaudah oke."
"Oke sampe ketemu besok. Love you..."
"Oke love you too."
Mia menghela nafas dengan berat. Melihat jadwal ngampusnya besok lalu memejamkan mata dan tertidur.
***
Mia sudah selesai kuliah. Sekarang masih jam 11. Sedangkan Rendi pulang jam 2. Berarti Mia harus menunggu Rendi selama 3 jam. Mia baru saja mengirim pesan singkat kepada Rendi bahwa ia sudah selesai kuliah. Rendi membalasnya. Tunggu di kantin! Pokonya kamu pulang bareng aku. Mia melirik jam di lengan kirinya. Menghela nafas berat lalu duduk di kantin. Tiba-tiba ia memeriksa tasnya dan kembali menghela nafas. Selama 3 jam kedepan, Mia harus menunggu Rendi di sini. Entah ini perbuatan bodoh atau romantis yang ia lakukan. Menunggu selama 3 jam.
"Udah lama kita ga pulang bareng. Mungkin Rendi rindu." ucap mia perlahan sambil tersenyum.
Sejam telah berlalu. Mia terduduk lemas di kantin. Mukanya pucat dan keringat dingin. Tiba-tiba seseorang laki-laki dengan muka ramah duduk di depannya lalu bertanya.
"Heh, kamu sakit?"
Mia tersenyum sambil menggeleng, "Engga ko."
"Tapi muka kamu pucet banget. Aku anterin ke dokter yuk."
"Gausah, makasih." jawab Mia pelan.
Laki-laki itu masih tetap memaksa Mia bangun lalu merangkul Mia. Mia hanya menurut dan masih dengan keadaan lemas seperti mau pinsan. Laki-laki itu panik dan buru-buru membawa pergi Mia.
***
Rendi berjalan santai masuk ke dalam kantin dan mencari Mia. Tapi sosoknya tak terlihat. Dia mencoba menghubungi Mia tapi handphone-nya ga aktif. Rendi sudah geram dan mengatupkan rahangnya. Lagi-lagi Mia menghilang dan membatalkan janjinya. Rendi kali ini serius akan mencari wanita lain. Mia sudah mengecewakannya lagi. Tiba-tiba seorang pedagang es memberitahu Rendi bahwa Mia tadi pergi dengan cowok lain. Rendi makin kesal dan menghapus semua kontak Mia. Dia tidak ingin menghubungi Mia lagi.
"Baru di mintain bantuin tugas aja udah gini. Kalo ga niat bilang kali." ucap Rendi lalu meninggalkan kantin.
Seminggu kemudian, Rendi sudah menggandeng cewek lain. Ia sudah bermesraan dengan wanita lain. Ia tidak memikirkan Mia. Dan ia sudah tidak pernah bertemu dengan Mia. Rendi dendam terhadap Mia karena Mia ternyata waktu itu meninggalkan dia bersama pria lain. Mata Rendi tiba-tiba menajam saat mengingat kejadian itu.
Rendi dan pacar barunya membeli minuman. Tiba-tiba seorang pria ramah juga membeli minuman di tempat yang sama dengan Rendi. Sang pedagang langsung mengingat kejadian waktu itu.
"Mas Rendi, cowo ini yang waktu itu pulang sama cewenya mas Rendi."
Rendi menatap cowok di depannya dengan tajam. Si cowok ramah hanya menatap bingung. Rendi dengan cepat mendorong tubuh cowok itu lalu memukul wajah si cowok. Dia hanya diam pasrah.
"Oh jadi lo selingkuhan Mia. Mana Mia? Takut dia sama gue? Bilangin sama dia, dia cewek jahat yang pernah gue temuin."
"Apa kabar dengan anda? Anda malah sudah bermesra-mesra-an sama wanita lain. Mia waktu itu nungguin anda. Anda cowo macem apa menyuruh wanita menunggu lama?"
"Jangan banyak bacot deh lo. Mia duluan selingkuh sama lo!!"
"Mia ga selingkuh sama saya. Dia sakit dan sekarang kritis di rumah sakit."
Rendi mematung. Tubuhnya dingin. Antara ingin percaya atau tidak dengan ucapan cowok di hadapannya. Lalu si cowok ramah menawarkan Rendi untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Mia di rawat.
***
Mia terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak kabel yang menempel di badannya. Hidungnya di tutup dengan oksigen. Matanya memejam. Tenang, damai. Monitor di sebelah ranjang Mia menunjukan garis tak beraturan ke atas dan bawah. Rendi terpaku duduk di sebelah kiri ranjang. Ia menggenggam erat tangan Mia. Mia tidak sadar juga.
Mia sakit kanker dari setahun yang lalu. Setiap awal bulan ia selalu ke rumah sakit untuk di kemoterapi. Tahun lalu saat Rendi dan Mia bertemu, itu hari dimana Mia di vonis sakit kanker. Ia putus asa dan murung di taman rumah sakit. Tapi tiba-tiba Rendi datang dan Rendi membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Mia selalu membatalkan janjinya saat mereka janjian di awal bulan. Itu minggu dimana Mia harus di kemo dan istirahat untuk memulihkan kesehatannya. Makanya Mia selalu menghilang beberapa hari. Keluarganya merahasiakn semua ini dari orang-orang.
Saat Mia dan Rendi janjian di kantin kampus, itu hari dimana Mia harus di kemo tapi karena Rendi mengancam akan marah karena sering membatalkan janji, Mia pun akhirnya memaksakan kuliah dan tidak pergi ke rumah sakit. Obat yang biasa Mia minum juga ternyata lupa di bawa, dan akhirnya Mia lemas. Fahri, cowok ramah itu dateng tepat dimana Mia akan pinsan. Fahri langsung membawa Mia ke rumah sakit, dan dari situ juga Fahri di percayakan dokter pribadi Mia dan menceritakan semuanya.
Rendi menunduk sambil menggenggam erat tangan Mia. Fahri menepuk bahu rendi.
"Miaaaa.....Kenapa kamu ga cerita ke aku. Maafin aku, maafin aku gatau apa-apa.....Aku bukan pacar yang baik. Maafin aku....." seru Rendi parau.
***
"Kenapa lo ga cerita ke cowok lo kalo lo sakit kanker?"
"Gue takut nanti dia malah ngejauhin gue. Gue takut ngerepotin dia dan malah jadi beban dia."
"Kalo ternyata dia ga ngejauhin lo dan ngerasa ga repot?"
"Gue gamau bikin dia sedih. Lebih baik dia marah sama gue daripada dia sedih. Masa cowo sedih sih hehe."
Mia masih sempat tertawa perlahan di tempat tidur serba putih itu.
"Fahri.....Kalo gue ga sempet ketemu Rendi lagi, tolong bilangin dia, Mia sayang banget sama Rendi. Maafin Mia udah ngecewain Rendi terus dan ngebatalin janji terus. Mia sayang Rendi, Ri."
***
Rendi terbangun dengan kaget karena mimpinya. Semalam ia tertidur setelah menangis karena cerita Fahri. Ia masih menjaga Mia dan masih menunggu Mia hingga Mia sadar. Hari sudah pagi. Matahari memancarkan sinarnya dan masuk ke dalam ruangan kamar Mia. Rendi mencium kening Mia lalu membisikan sesuatu.
"Selamat Pagi, gadis kecil kesayanganku. Aku tau kamu kuat. Kamu harus sembuh yah. Aku sayang kamu." bisik Rendi.
Rendi kaget saat melihat air mata keluar dari mata Mia yang terpejam. Ia tersenyum lalu kembali berbicara.
"Kamu dengar aku? Aku ada disini. Kamu cepetan sembuh, aku kangen kamu. Nanti aku traktir es krim coklat kesukaan kamu."
"Mia, terimakasih kamu selalu ada untuk aku. Terimakasih telah bersabar untukku. Aku sangat menyayangimu. Aku sangat merindukan kamu."
Mia menggenggam tangan Rendi. Rendi hampir menangis lagi. Tapi monitor di sebelah ranjang Mia berbunyi keras, garisnya tidak beraturan dengan cepat. Dokter dan suster masuk ke dalam kamar Mia dan menangani Mia yang kejang-kejang. Rendi mundur selangkah terdiam menatap kegiatan yang sangat membuatnya panik. Fahri tiba-tiba datang dan terdiam. Monitor itu menunjukan garis lurus horizontal. Dokter dan suster menggelengkan kepalanya. Mia tidak bisa di selamatkan. Kedua orang tua Mia yang baru sja datang langsung memeluk Mia yang sudah tiada. Rendi terjatuh dan terduduk lemas di lantai.
***
Di depan nisan Mia. Rendi masih terdiam. Pelayat yang lain serta kedua orang tua Mia sudah pulang. Kini hanya Rendi sendiri. Ia rindu Mia. Mia yang selalu tersenyum manis dan tidak pernah marah. Mia yang selalu membawakan bekal Rendi. Mia yang selalu membantu tugas Rendi. Terkadang Mia menjadi objek foto Rendi. Rendi menunduk dan mengusap air matanya.
"Gue gamau bikin dia sedih. Lebih baik dia marah sama gue daripada dia sedih. Masa cowo sedih sih hehe."
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Semua selalu ada hikmahnya. Berburuk sangka tanpa mengetahui alasan itu bukan hal baik. Wanita baik dengan penuh kesabaran dan kasih sayang akan menemukan cinta abadinya di surga. 
Semoga pembaca sekalian bisa mengambil hikmah dan belajar dari cerita yang gue post di atas yah see you next time .... :D
Baca Selengkapnya?. - Alasan :') do not be sad reading this

Lima menit lebih dekat dengan gue :D

You know me? maybe no :D

Perkenalan jati diri gue :D







Nama gue  aLfitra fariz M.A. (bukan magister akutansi yah )
~  Nama panggilan gue macem-macem ada yang manggil gue ais , afma , bahkan ada yang manggil pit -_- tapi lu semua boleh panggil gue yang mana aja ko :D
~  Gue lahir di Spanyol (Sparoh konyol maksudnya  ) 01 mei 1999
~  Gue anak pertama  dari 3 saudara (abang”annya nih )
~  Cita-cita gue banyak dari mulai Programer, Arsitek, Penulis Novel, dll
~  Hobi gue si ga aneh-aneh ya palingan cuman Goes, Swiming, and ngutak atik Laptop kesayangan gue  :D
       Jenjang  pendidikan gue
#  Gue pernah TK di Nurul Amal
#  SD di SDN Duri pulo 03
#  Smp gue di Manba’ul Ulum (ini bukan smp biasa loh :D ini pesantren gue )
#  Dan akhirnya SMA gue terdampar di MAN 1
#  And In sya Allah gue mau lanjut di ITB (Aamiin)

Contact us
  Facebook Alfitra farizz
  Twitter @Imajinasi_aiz
  Bbm? No tar bini gue ngamuk :D







 

Baca Selengkapnya?. - Lima menit lebih dekat dengan gue :D